Popular Posts

#6 Karimun Jawa - Like Our Own World


We are all travelers in the wilderness of this world, and the best we can find in our travels is an honest friend.
                                                                                                          - Robert Louis Stevenson


Rupanya ada orang baru. Satu laki laki, dua perempuan. Kalau tak salah, yang laki laki mengenalkan diri sebagai Ian. Dalam waktu cepat, ia sudah dipanggil Yance oleh Eka :D. Mereka datang dari Bali. Bali? Ya Bali. Ngapain dari malah mereka datang kesini? Bukankah Bali sudah seperti segalanya bagi wisata Indonesia? Orang bule aja lebih kenal Bali daripada Indonesia. Kenapa malah ke sini? rupanya dari obrolan dengan teman teman, kebanyakan memang sudah ngga interest lagi sama Bali. Entah kenapa. Ada yang bilang di Bali ngga ada yang bagus. Benarkah? Ah saya sendiri sudah lupa. Pernah sih kesana. Tapi duluuu banget. Tahun ’92. Entah seperti apa bentuknya saya sudah lupa. Yang paling saya ingat hanya saya pernah hilang di Bali. Terpisah dari rombongan. Untung ketemu. Ngga kebayang kalau seandainya saat itu ga ketemu dan jadi orang Bali beneran. Hilal the beach boy… :D

Setelah malam, datang dua orang perempuan lagi tamu ke guesthouse kami. Bule. Mereka mengaku orang Belanda. Haiiyah… dulu waktu ke Peucang, ketemu sama orang Belanda juga. Mereka menanyakan dimana lokasi café. Langsung saja saya tarik tour leader kami, Soni. Saya tahu Soni agak aneh bahasa inggrisnya. Biar sekalian kite ngakak ngakak ngeliat dia ngobrol gelagapan ngadepin bule beneran.. dan memang benar. Semua penghuni guesthouse berkumpul tak mau ketinggalan menyaksikan momen ini. Soni keliatan lucu pisan ngadepin bule. Hehe.. pemilik guesthouse kamipun ikut ngakak.

Bule: “café. Where’s the café”
Soni : Dekat
Bule : can we walk
Soni : yes. You can go there by-sikil (bicycle?)
Iyan: ??? bicycle maksud lo? Sepeda?
Soni: bukan. By sikil (kaki - bhs jawa)
Kami: *$%#@^%$

-

Setelah diskusi panjang malam tadi akhirnya kami menyepakati. Jalur perjalanan kita hari terakhir ini adalah memulainya dengan tracking keliling pulau di pulau menjangan kecil, kemudian lanjut snorkeling di tempat yang sama. Lepas itu kami lanjutkan dengan tour darat di pulau Karimunjawa ke kampung Bugis dan trekking di hutan mangrove. Sound good isn’t it?! Soal perahu, kami sewa sendiri. Mas Rouf bisa dinego dengan harga yang bersahabat untuk setengah hari. 200 rb untuk sewa perahu, tour guide, include makan siang untuk 4 orang dan biaya masuk ke Menjangan Kecil. Fair enough. Sebuah perahu kecil berbendera PKS telah menanti. Serius? Iya. Itu beneran bendera PKS. Masih baru! Saya lirik Oki dan tertawa. Mantaap..

Pulau Menjangan Kecil berjarak dekat dari Karimunjawa. Hanya sekitar limabelas menit perjalanan laut saja. Disana terdapat wisma untuk tamu. Susunan pohon cemara di sekitar wismanya tersusun rapi. Terdapat beberapa ayunan yang tak lagi terawat berkarat. Bahkan ada yang berdiri diatas air karena abrasi. Kami terus berjalan menelusuri sisi pantai. Berjalan diatas pasir putih lembut dengan air pantai yang jernih. Bias warna kehijauan bergradasi membiru kearah laut. Ombaknya tenang menentramkan dengan latar langit biru yang cerah. Sekitar beberapa puluh meter dari kami seorang nelayan sedang memancing ikan diatas perahu kecilnya. Tak lama ia mengambil batang bamboo panjang di perahunya, kemudian menggunakannya untuk mejalankan perahunya hingga lebih dekat ke arah kami. Kami terus berjalan. Melewati alang alang yang sengaja dibakar. Melangkahi akar akar yang tumbuh keluar. Sesekali berhenti bila ada yang ingin kami foto. Di tengah perjalanan, Rouf memetikkan kelapa untuk kami. Meminumnya langsung dari buahnya. Lupakan sedotan. Tenggak langsung di bibir pantai sambil menikmati keajaiban alam. Subhanallah walhamdulillah..  fabiayyiaalaairobbikumaatukadzibaan…

Butuh sekitar dua jam kami berjalan untuk kembali ke titik kami memulai perjalanan keliling pulau kecil ini. Kami tak mau buang waktu. Setelah istirahat sejenak, kami kembali berperahu menuju titik snorkeling. Dua perahu dengan rombongannya sudah pulang. Kini hanya tinggal perahu kami sendiri. Heyy… beneran nih? Serasa laut pulau dan isinya hanya disajikan untuk kami saja. Sepiii tak ada “saingan”. Tanpa babibu, kami pasang perlengkapan dan  Ciaaaaattt..  byuuurr….  Terumbu karang ini hanya untuk kami. ratusan ikan warna warni hanya bermain bersama kami. Biskuit dan kue lainnya yang sengaja kami bawa untuk memanggil ikan segera kami bawa terjun. Ikan ikan pun berebut menyambar diantara tangan tangan kami. Mereka seperti tak kenal kenyang. Bahkan hingga makanannya habis sekalipun, mereka tak henti berenang disekeliling kami. Sampai perut kami sendiri yang iri minta diisi. Berat rasanya untuk berhenti. Mengingat ini adalah hari terakhir kami berenang bersama ikan ikan di kepulauan ini. Namun apadaya. Kami menyerah pada cacing cacing dalam perut kami yang makin garang berdemonstrasi. Setelah naik ke perahu, kami kembali bergerak ke Menjangan Kecil. Kalau tadi puas bermain dengan ikan, sekarang waktunya bakar ikan. Hehe…

Lepas bersandar di pantai, Rouf langsung menurunkan perlengkapan makan. Dia sempat menghilang sebentar dan kembali dengan pelepah kelapa, kelapa tua yang sudah mengering dan beberapapa daunnya yang juga telah kering. Ia membakar semuanya hingga apinya habis. Lepas itu, ia letakan ikan ikan yang telah ia siapkan diatas arang. Tak perlu kipas. Ia hanya membolak balikkan ikannya hingga matang. Diam diam saya mencuri ilmunya juga. Teknik survival nih… bakar ikan dengan sederhana dengan rasa yang luarbiasa dipantai yang dibilang surga dunia dibawah pohon cemara. Tsaaah... Alhamdulillaaaah….

Air laut sudah mulai surut. Kami tak bisa berlama lama di pulau. Kalau sampai sudah terlalu surut, perahu bisa tersangkut dan tak bisa bergerak. Bisa bisa kami harus menginap sampai air pasang kembali. Saya duduk di ujung haluan. Merasakan tiap gerak perahu membelah dan terombang ambing ombak dalam perjalanan pulang. Inilah akhir petualangan kami di laut Karimunjawa. Berat rasanya..

---

Lepas membersihkan diri, kami siap dengan tiga motor. Saatnya tour darat. Target pertama adalah Kampung Bugis.
“ga pake helm nih mas”
“ngga usah. Aman ga ada polisi”
Waduh.. kepala ogut blm lebih keras dari aspal nih.. nguuuuuuungng… Rouf sang Tour Guide meluncur ngebut. Gile nih orang. Gimana mau nikmatin perjalanan kalo kaya gini. Diklaksonin bukan mengurangi kecepatan, dia malah semakin menarik gas lebih dalam. Hadoooh… Ri yang diboncengi sempat berteriak “katanya takut kemaleman lal”
Waah.. mana nih jalan kecil banyak pasirnya lagi. Ngejar biar ga kemaleman tapi klo ujungnya di rumah sakit mah ciloko namanya… *tarik gas

Ah ternyata tak seperti yang dibayangkan. Hanya perkampungan biasa. Rumah panggung yang katanya menjadi ciri khas tak terlalu gimana. Hanya beberapa saja. Malah rasanya masih lebih banyak bangunan rumah yang sudah tak lagi berbentuk panggung. Kami putar kembali. Mampir sebentar ke Pelabuhan Legonbajak, kami terus melaju ke hutan mangrove. Kami disambut gapura bertuliskan “Selamat Datang TRACKING MANGROVE Taman Nasional Karimunjawa”
Tak ada tiket masuk. Kami langsung menelusuri jalan yang terbuat dari kayu yang tersusun rapih. Tak disangka, rupanya jalurnya cukup panjang. Berampur rasanya antara penasaran, senang dan perasaan dikejar waktu karena kami sampai sudah terlalu sore menjelang magrib. Sambil tepak tepok sana sini karena nyamuk yang ampuuun banyaknya, akhirnya kami sampai di ujung jalur. Tak lama kami berjalan pualng kembali. Saran aja kalau mau kesini, pakai pakaian yang tertutup. Pakai lotion anti nyamuk kalau memungkinkan. Dan yang terpenting, luangkan waktu yang agak panjang supaya tak terburu buru seperti kami sehingga anda bisa menikmati trekkingnya..

Malam mulai merambat pelan nan pasti. Laju motor masih bergerak belah sawah dan hutan. Amis ikan asin yang dijemur tercium tajam. Serangga kecil mengganggu pandangan sepanjang perjalanan. Butuh lebih dari setengah jam baru kami sampai di tujuan. Lepas makan, kami istirahat. Terbangun jam satu malam, saya kaget. Rupanya teman teman tidur berderet di kursi malam masing masing. Mereka  membungkus diri dengan jaket dan sleeping bag sendiri sendiri. Haru dan lucu melihatnya. Ya… besok hari, tak ada cerita lagi bisa memanjakan diri di kursi ajaib itu. Rupanya mereka benar benar mau menikmati keajaiban kursinya hingga malam terakhir mereka disini. Gonna miss u all guys..

Enam jam sudah ferry melaju pelan. Pelabuhan Kartini sudah menanti. Kami mampir dan membersihkan diri di guesthouse kami terdahulu saat kami “terdampar” di Jepara. Selesai urus tiket bus, kami meluncur ke terminal dengan mobil bak terbuka yang kami sewa. Jumat pagi kami sampai di Jakarta. Alhamdulillah…

Saatnya ngantor  laaal.... :D berangkaat...

---


You may wonder, 'How can I leave it all behind if I am just coming back to it? How can I make a new beginning if I simply return to the old?' The answer lies in the return. You will not come back to the 'same old thing.' What you return to has changed because you have changed. Your perceptions will be altered. You will not incorporate into the same body, status, or world you left behind. The river has been flowing while you were gone. Now it does not look like the same river. [The Book of the Vision Quest]
- Steven Foster




< >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar