Popular Posts

#3 Ujung Kulon

Ini hari terakhir. Kami semua berharap semoga cuacanya bagus. Alhamdulillah. Langit lumayan terang. Awan tebal memang terlihat. Tapi masih jauh. Rasa rasanya masih sempat dapet sunrise. Harap harap cemas nenteng kamera ke dermaga..


Jeprat... Jepret...
Bapak yang mancing kemarin ngga ada lagi. Kelaut aja kali (ini denotatif lho) biar ga keganggu lagi. Dan kopinya ga ada yang numpahin lagi.. Haha.. *lirik gamal
Jeprat... jepret...


Sesuai proyeksi semalam, pagi ini kami mau ke Karang Copong. Sisi sebelah barat Pulau Peucang. Katanya sih, disana bagus. Ada yang bilang Tanah lot-nya ujung kulon. Kita buktikan saja. Di perjalanan, gerimis sesekali menyapa. Sesekali jg hujan agak deras. Tapi, kami terlindungi oleh lebatnya hutan dan pohon. Rusa, babi hutan, biawak dan bahkan burung merak kami temui di perjalanan. Kebanyakan sih lari begitu melihat/merasakan kedatangan kami. Tapi beberapa rusa dan babi terlihat santai. Udah biasa kali ya... Pohon pohon besar dan tinggi dengan akar menjulang banyak kami temui. Kami putuskan jeprat jepretnya di perjalanan kembali saja. Berjalan cepat dan sedikit menanjak mendekati lokasi, kami akhirnya sampai dalam waktu 45 menit. Alhamdulillah..

Sang "tanah lot" akhirnya terlihat. Terpisah oleh laut dangkal, ada bagiannya yang bolong. Sedikit ke arah selatan, deretan karang terlihat. Ada juga tebing tinggi yang bolong di tengah tengahnya. Di sebelah tenggara, deretan tebing yang diukir oleh angin dan hempasan dahsyat ombak yang terus menerus, menyajikan bentuk yang menarik. Di sisi barat laut tampak besarnya Pulau Panaitan, dimana ombak besar di pantainya mengundang para peselancar menyalurkan hobinya. Di sisi barat, laut lepas yang luas terpampang.. 
Jeprat... Jepret... Sesekali. Hujan yang turun memaksa kamera lebih banyak parkir. Tak lama lama disini. Kami harus segera kembali. Satu pulau lagi belum kami sambangi. Plus sungai tenang yang tak boleh luput kami arungi. Saahh... :p

Perjalanan kembali lebih lama. Jeprat jepret dulu di jalan. Selap selip di antara akar akar tinggi. Ampun dah klo soal gaya mah. Pada ga ada matinya.. Haha... Jeprat.... Je...preeeeet....


Packing sekitar 1 jam, plus perjalanan laut sekitar 2 jam. Pulau Handeuleum akhirnya kami pijak juga. Daftar dan bayar biaya susur sungai 50 ribu per orang, obrol sana sini, akhirnya kami pun kembali ke perahu. Menjemput kano di laut, kami meluncur ke Cigenter. Selain pengen ngeliat buaya, ular dan burung burung bagus, tentu saja kami ngarep bisa ketemu... badak! :D 

Tercatat 5 ekor ular yang melingkar di pohon dan satu ekor burung berwarna biru (cuakep tenan lho!) Sayang ga sempat foto. Doi langsung terbang cepat. Lha aye kan masih tukang jepret amatir.. Kalah cepat sama kepakan sayap si burung cantik... Hik.. 






Tak terasa 45 menit perjalanan sudah kano melaju. Selama itu pula mata terus waspada mencari cari. Siapa tau ngeliat badak... *masih ngarep. Kami putar haluan. Kembali pulang. Sedikit ngebut karena mendung. Jangan sampe kuyup di jalan.. Kali ini benar benar pulang. Melewati pulau handeuleum, melepas kano, perahu langsung meluncur ke Taman Jaya. Pak Komar sedang ke Bali. Kami urus administrasi sewa perahu dan lain lain dengan istri beliau. Satu persatu dia mulai mencatat. Perahu sekian. Jasa Guide sekian, tukang masak sekian. "Lif pes pakai berapa?", tanyanya pada saya. Dahi saya mengkerut. Lif pes??? Hahaha... Baru sadar. Urang the keur aya di Banten. Ngahareupan urang sunda. Urang sunda mah teu bisa ngomong "F/V" haha... Maksudnya itu Life Vest (rompi pelampung) :p 
Dari Taman Jaya, meluncur kembali ke Jakarta.. 
3 hari ini luar biasa. Apa yang kami lihat dan rasakan, jauh lebih indah dari setiap tulisan dan rekaman gambar... 

Catatannya, soal pembagian waktu kunjungan setiap tempat memang kurang matang. Sehingga kunjungan ke beberapa tempat terkesan terburu buru. Faktor cuaca yang lebih sering mendung jg menjadi sedikit gangguan. Tapi, sambil cengar cengir kami kompak berceloteh.. Ini kan baru surveeeeyyy :D
< >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar