Popular Posts

#5 Karimun Jawa - Dunia Aja Indah, Gimana Surga




Mushola disini "unik". Sudah dua subuh yang saya lihat hanya satu orang di masjid. Rupanya dialah yang tadi dan kemarin melantunkan adzan. Selepas itu dia duduk di sisi belakang memegang mic. Melantunkan shalawat yang dilagukan. Sendu sekali kedengarannya. Setelah beberapa orang datang, kemudian dia qomat lalu maju ke posisi imam. Dapet semua deh. Adzan, qomat dan imam sekaligus..

Langit mulai sedikit terang. Saya masih ditempat yang sama seperti kemarin. Kursi malas ini memang menyebalkan. Mampu menghipnotis setiap yang duduk diatasnya. Hampir setiap saat kami berkumpul selalu "berebut" kursi kursi ini. Ajaib.. Namun "perebutan" kursi ini tak akan lagi seramai kemarin. Sebagian besar dari kami harus pulang hari ini. Hanya tersisa empat orang dari kami yang tinggal disini untuk dua hari kedepan.

Jelas kami semua tak puas hanya menjelajah pulau pulau di sekitaran Karimunjawa hanya dengan sehari. Kami sudah menempuh dua belas jam lebih perjalanan darat dari Jakarta ke Jepara. Ditambah enam jam perjalanan laut. Namun apa daya. Sebagian terbatasi cuti yang tak panjang. lima dari sembilan tim "Muria Riject" memilih untuk pulang. Empat sisanya memutuskan menumpang kapal Muria yang baru ada jadwal pelayaran dua hari lagi selepas hari ini. Termasuk saya didalamnya. So long my new friends. Until we meet again.. InsyaAlloh..

Perahu kembali melaju. Kali ini bukan perahu yang sama seperti kemarin. Karena jumlah kami sedikit, terpaksa kami harus bergabung dengan rombongan lain. Menumpang lebih tepatnya. Jalurnya adalah Pulau Menjangan Kecil, Pulau Geleang (atau Gleyang?), Pulau Gosong Cemara, dan Tanjung Gelam. Semuanya ada di sisi barat Karimunjawa. Katanya sih, disisi ini ombaknya tak terlalu besar, dan keindahan pulau pulaunya tak kalah dibanding sisi timur kemarin.

Kami gabung rombongan yang dipimpin Alex. Dia membawa empat orang rombongan, dan dua orang rekan lainnya dengan pakaian menyelam dan memanggul tabung oksigen. Mereka mau diving rupanya.. One day lal.. One day.. but not today. *melototmupeng*.

Kali ini kami memulai agak siangan. Jam setengah sembilan perahu baru bergerak. Rombongan mereka datang terlambat. Kami yang datang pukul delapan teng sempat waswas tak dapat tumpangan perahu. Jangan jangan telat ke dermaga. Jangan jangan ditinggal. Jangan jangan salah dermaga. Jangan jangan.. Jangan jangan... Bahkan seorang pramuwisata dari satu jasa sempat menawarkan kepada kami untuk bergabung. Mungkim dia melihat wajah wajah gelisah kami. Untunglah akhirnya mereka, rombongan Alex, keburu datang. Maka meluncurlah kita menuju Menjangan Kecil..

Titik penyelaman sudah ramai. Kami adalah perahu yang datang di gelombang gelombang terakhir ke lokasi. Ramai nian. bergegas kami bersiap, lalu menceburkan diri ke air. Sony mengajak kami melipir ke titik yang agak sepi. Sempurna. Kamipun memuaskan diri menyelam bersama ikan ikan. Bergaya dengan latar karang karang. Robbana maa kholaqta baatila. Subhanaka inni kuntumminadzolimiin... Luar biasa indahnya. Menyenangkan berenang dengan arus tenang. Disuguhi pemandangan yang tak membosankan.

Sekira setengah jam kami berselimut laut dangkal Menjangan Kecil. Geleang sudah menunggu. Kami harus segera meluncur maju. Perjalanan agak sedikit jauh. Ombak mengayun perahu kami miring ke kanan dan ke kiri. Langit mendung mulai memuntahkan isinya. Hujan deras di perjalanan mendekati Geleang. setelah berkelak kelok menghindari karang yag dangkal, akhirnya sukses merapat disisi pantainya. Gerimis masih terasa. Kami turun dan merasakan halusnya pasir Geleang.. Subhanallah. Hamparan pasir putih yang halus, dan panjang.. Ramai para pengunjung disini. Saya lihat bahkan ada yang bermain bola disini. Kami memutuskan untuk mencoba berjalan menyisir pantai. Syukurlah gerimis telah reda. Digantikan matahari yang bersinar terang. Tanpa ragu kami keluarkan kamera dan mengabadikan setiap objek yg ada. Kami terus menyelusuri pantai sampai kami temukam sebuah pohon bakau besar terpisah dari bibir pantai. Sendirian ia tumbuh di atas air. Beberapa orang tampak berfoto
didekatnya. Subhanalloh keren. Cukup lama kami disana. Tak bosan pandangi setiap pemandangan yang menyajikan keindahan. Kalau saja kami tak dipanggil untuk makan, masih betah kami disana. Rupanya kami sudah ditunggu rombongan. Alas duduk sudah digelar. Tersaji diatasnya nasi, ikan kembung dan kerapu bakar. Ada semangka jg tersaji di nampan dengan potongan rapi bak prasmanan. Satu mangkok sambal turut menggoda perut kami yang memang lapar. Kami makan sambil menghadap ke luasnya pasir putih pantai. Menyaksikan birunya air yang transparan menembus pasir dan karang. Di kejauhan pulau kecil tampak bak hiasan. Dilengkapi langit biru berlukiskan awan. Aih subhanalloh.. dunia aja indah begini, gimana surga ya.. Ya Alloh, semoga kami masuk surga dengan mudah.. Amiin..

Dengan berat hati kami tinggalkan Geleang. Masih ada "surga" lain yang harus kami kunjungi. perahu motorpun menderu.. Kami melaju ke Gosong Cemara. Sebuah pulau tanpa daratan. Satu lagi titik untuk snorkling dan diving. saya menceburkan diri pertama. Segar..Namun tak lama saya agak terkejut. Kenapa perahu seperti meninggalkan saya? Berkali kali saya harus berupaya untuk mengejar perahu karena semakin jauh. Jadi cepat lelah rasanya, karena hanya untuk mempertahankan diri di posisi saja sulit. Selalu semakin jauh jarak saya dengan perahu.

Rupanya arusnya memang kuat sekali. Itulah yang membuat saya selalu merasa seperti ditinggalkan perahu. Apalagi saya blm sempat memasang fin di kaki. Pelampung dan snorkle pun belum. Berenang dengan celana panjang terasa sangat berat. Saya naik dan mengenakan semua perlengkapan. Baru kemudian menceburkan kembali ke laut. Perlengkapan tadi cukup membantu. Namun tak lagi terasa nikmat karena konsentrasi lebih banyak habis untuk mempertahankan posisi. Bukan untuk menikmati pemandangan yang ada. Tak butuh waktu lama, Satu persatu kami naik ke perahu. Tak sampai lima belas menit kami di dalam air. Semua kelelahan. Gosong Cemara jelas bukan tempat cocok buat kami yg para pemula ini. Setelah naik pula baru saya tahu bahwa salah satu teman kami sempat hampir tenggelam dan berteriak minta tolong. Eka selalu berenang tanpa fin dan pelampung. Dan dia terkejut dengan arusnya. usahanya untuk mengejar perahu ternyata selalu dirasakannya gagal. Ia semakin jauh
meninggalkan perahu. Seorang rekan yang mengetahuinya sempat mengejar dan mencoba membantu sambil berteriak meminta tolong pada kru perahu. Awak perahu yang mengetahuinya langsung mengejar dan berhasil mendekati. Sialnya, sang penolong malah salah menarik orang. Dia malah menarik rekan yang memegangi eka supaya tak tenggelam. Korban sebenarnya malah ditinggalkan. Rekan kami itu protes. "Bukan saya mas. Mbak itu" teriaknya. Mungkin harga dirinya seperti tercabik cabik dianggap korban. Dia sempat bilang "enak aja!" :D

Sementara Eka terus meneguk air laut sampai akhirnya sang penyelamat berhasil menjangkaunya dan menariknya ke perahu. Barulah kami tahu setelah Eka bercerita. Tak banyak yang tahu kejadian ini karena sepertinya kebanyakan kami sibuk konsentrasi menghadapi arus yang kuat menyeret terus menjauhi perahu. Untunglah semua selamat dan baik baik saja. Eka bahkan menceritakan kejadian yang menimpanya dengan ketawa ketiwi. Apalagi saat menceritakan kasus salah tarik tadi.

Akhirnya, setelah semua naik, perahu kami bergerak kembali. Tanjung Gelam adalah tujuan selanjutnya. Pantai dimana terdapat bebatuan yang banyak bermunculan di bibir pantai. Konturnya yang unik terbentuk oleh ombak dan angin. Disini kami menikmati sajian kelapa muda yang segar. Umurnya pas. Tidak terlalu tua ataupun muda. Kelapa remaja/ABG kami menyebutnya :D

Ada juga gorengan. Sayang, bakwan yang saya ambil sudah dingin. Dan alotnya minta ampun. Untung pisang gorengnya enak. Lumayanlah ganjal perut lapar. Gorengan alot seribuan. Kelapa remaja tujuh ribuan.

Tanjung gelam ini menghadap langsung ke Barat. Sepertinya disini titik yang bagus juga untuk saksikan matahari terbenam. Namun kami memutuskan untuk pulang. Karena perjalanan masih jauh. Pulang malam jelas bukan pilihan. Mampir di Wisma Apung, dan lanjut ke Karimunjawa.

Pelan ia meluncur
Punggungi mentari senja yang terbungkus kabut
Pergi sembunyi sembunyi
Mungkin ia malu
Esok ia kan jawab dengan sinarnya yang pasti
Semoga...


< >

Tidak ada komentar:

Posting Komentar